Feeds:
Posts
Comments

Dua atlet asal Sulawesi Utara, yakni atlet lari spesialis lari 200 meter putra, Fernando Lumain dan atlet pelari gawang putri yunior, Agustina Bawele, masuk dalam tim Indonesia yang dikirim Pengurus Besar Persatuan Atlet Seluruh Indonesia untuk berlatih di Training center Landessportverband Schleswig?Holstein (LSV) Malente, Jerman Barat.
Para atelt yang berjumlah tujuh orang ini, akan mengikuti pelatihan selama 6 minggu sebagai persiapan mengikuti pesta olahraga Asian Games, November mendatang di Guangzhou, Cina. Malente merupakan kota kecil bagian utara Jerman yang memang terkenal sebagai training camp bagi atlet atletik Jerman.
Selain Fernando Lumain dan Agustina Bawele, atlet Indonesia yang ikut berlatih yakni Suryo Agung Wibowo (peraih medali emas pada nomor 200 m putra dalam SEA Games 2009), Fadlin (peraih medali perunggu nomor 100 m putra SEA Games 2009), Heru A (peraih medali perak nomor 400 m putra ), Franklin Burumi (peraih medali emas nomor 100 m putra di kejuaraan South East Asia Junior Saigon 2009) , dan Dedeh Erawati (peraih medali emas dalam nomor lari gawang putri, SEA Games 2009). Continue Reading »

Tandukan tajam matador Spanyol akhirnya menghentikan ambisi tim Panser di Piala Dunia 2010. Carles Puyol menjadi pahlawan Spanyol mengalahkan Jerman di partai semifinal, di Moses Mabhida Stadium, Durban, Kamis (8/7/2010) dini hari WIB.
Tandukan keras Puyol menyambut umpan sepak pojok dari Xavi memecah kebuntuan Spanyol menit 73. Gol itu sekaligus melangkahkan kaki Spanyol di final untuk menantang Belanda yang menundukkan Uruguay dengan skor 3-2. Sundulan bek asal Barcelona itu gagal dibendung Neuer dan mengubah kedudukan menjadi 1-0.
Jerman memang tampil antiklimaks saat menghadapi Spanyol. Kehilangan Thomas Muller akibat akumulasi kartu membuat lini tengah Jerman timpang. Nyaris, tak terlihat permainan cepat, bertenaga, dan kerjasama tim yang diperagakan Ozil cs kala menghadapi Inggris dan Argentina. Continue Reading »

Paul Gurita sang peramal

Sejumlah kalangan memprediksi Jerman mampu mengalahkan Spanyol pada semifinal Piala Dunia 2010, Rabu (7/7/2010) dini hari Wib. Namun, seekor gurita bernama Paul mempunyai ramalan bahwa “Matador” yang akan jadi pemenang.
Sama halnya dengan gurita-gurita lain, Paul hanya binatang biasa. Namun, Paul mempunyai kemampuan meramal yang luar biasa.
Cara meramal Paul dengan memberi pilihan makanan yang sama dalam dua kotak plastik bertanda bendera tim yang bertanding. Makanan yang dimakan di kotak bertanda tertentu yang lebih dulu dimakan sebagai tim yang akan menang. Continue Reading »

Ketika berjuang, mungkin seorang pahlawan menuai banyak cibiran, bahkan dianggap pemberontak. Tetapi ketika perjuangannya membuahkan hasil yang baik, atau setidaknya membangkitkan sebuah kesadaran publik, baru masyarakat memandang kagum adanya

Hal seperti itu dirasakan almarhum Letkol Inf. Herman Nicolas Ventje Sumual ketika memperjuangkan keyakinannya. Tokoh terkemuka Sulawesi Utara ini bahkan sudah memikirkan soal hak asasi manusia, reformasi, dan otonomi daerah sejak jauh hari. Gerakan Ventje dan kelompoknya yang dibangun atas kesadaran mengenai pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah, justru disorot sebagai pemberontakan oleh pemerintahan Orde Lama.
Gerakan Perjuangan Semesta atau Permesta (1957-1961) yang diproklamirkan Ventje akhirnya ditumpas dan secara de facto tampaknya gagal. Tetapi secara prinsip, gerakan itu menuai hasil, manakala masyarakat menyadari makna sebenarnya di balik perjuangan itu. Kini, Ventje dipandang sebagai seorang tokoh besar, setidaknya untuk Indonesia Timur, lebih khusus Sulawesi Utara.
Dalam berbagai kesempatan, pria kelahiran Remboken/Minahasa, 11 Juni 1923, ini menekankan bahwa Permesta bukan pemberontakan, melainkan sebuah deklarasi politik. Bagi Ventje, isi deklarasi Permesta ya seperti gerakan reformasi di zaman ini. Prinsip perjuangan Permesta adalah “Lebih baik dijajah bangsa asing, daripada dijajah sukubangsa sendiri”
Dia berpatokan pada Undang Undang Dasar sementara Tahun 1950 yang menegaskaan otonomi seluas- luasnya bagi daerah dan pengakuan hak asasi manusia. Dalam pandangan sadar Ventje ketika itu, hal-hal tersebut tak pernah dilaksanakan oleh pemerintah. Artinya, menurut dia, pemerintah telah melakukan pelanggaran konstitusi.
Dan untuk mempertahankan keyakinan tersebut, Ventje dan kelompoknya tak segan-segan angkat senjata. Mereka yang nekat angkat senjata adalah orang-orang yang ikut berjuang dengan darah dan air mata dalam pembentukan Tentara Nasional Indonesia dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebut saja nama-nama seperti Kolonel Simbolon, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dahlan Djambek, Kolonel Warouw, dan Kolonel AE Kawilarang. Continue Reading »

“Seharusnya mereka mengutamakan pelayanan dan keselamatan pasien, bukan uang. Kasihan, banyak saudara-saudara kita yang susah.

Petikan kalimat itu terucap spontan dari bibir Buce Lotanubun ketika mengadu ke Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Buce mengadukan pelayanan yang diterima istrinya, Siska Yulia Fransiska Makatey, pasien yang meninggal saat proses melahirkan di RSUP Prof Kandou, Sabtu 10 April 2010.
Keluarga Siska menduga kematian itu akibat malapraktik. Buce mengadu ke Dewan dengan harapan, cukup istrinya saja, jangan ada lagi orang lain yang mengalami hal serupa.
Selain dugaan malapraktik, sejumlah anggota Komisi IV mengendus dugaan praktik komersialisasi terhadap obat-obat yang telah dibiayai Asuransi Kesehatan (Askes) oleh oknum-oknum paramedis di rumah sakit. Dewan menduga oknum perawat menekan pasien dan keluarganya untuk membayar obat yang seharusnya sudah dibiayai negara melalui Askes. Dewan berjanji akan mempertanyakan hal ini kepada pihak rumah sakit.
Kata kunci dalam kasus ini adalah “komersialisasi kesehatan”. Praktik ini sudah sangat lama terasa di negeri ini, namun seringkali berlalu begitu saja dan akhirnya terlupakan sampai datang kasus berikutnya. Begitu seterusnya. Bukankah kita sering mendengar dan membaca berita mengenai pihak rumah sakit menolak pasien kurang mampu atau memberikan pelayanan buruk bagi pasien pemegang kartu Jamkesmas? Sebuah keanehan ketika rumah sakit semestinya berorientasi pelayanan, apalagi rumah sakit milik pemerintah, justru menolak pasien bila tak mampu membayar di muka. Tak jarang pasien gawat darurat keburu meninggal lantaran terlalu lama menunggu layanan medis.
Itu bisa terjadi lantaran beberapa rumah sakit saat ini telah menjadi sebuah industri yang menggunakan perspektif untung rugi semata. Bila sudah begini paradigmanya, tentu saja orang miskin menjadi musuh utama rumah sakit. Maka tak heran ketika orang miskin datang berobat, pertanyaan pertama yang mereka terima bukannya “sakit apa” tetapi “mana uang mukanya.” Itulah sebabnya muncul pemeo, “orang miskin dilarang sakit”. Kalau kita ubah sedikit ‘lelucon’ itu, akan menjadi, “hanya orang kaya yang boleh hidup.”
Komersialisasi layanan kesehatan benar-benar menjadi ancaman serius terhadap kemanusiaan. Ancaman sangat serius terhadap nyawa orang-orang miskin. Pemerintah Amerika Serikat menyadari betul soal ini. Sehingga Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, rela menunda kunjungan luar negeri, termasuk ke Indonesia, demi memperjuangkan lolosnya rancangan undang-undang kesehatan di negerinya, yang lebih berpihak kepada kaum miskin. Continue Reading »